October 02, 2018

Task 11: Tidying Toys

Before tidying

Anak balita saya baru berusia 2 tahun tapi mainannya udah segambreng :D. Maklum kadang mamak kalap kalau beliin mainan pengen segala dibeli demi memenuhi kebutuhan batin si kecil alias biar dia happy terus di rumah. Hahaha... Sebenernya anaknya ternyata bosenan, baru sebentar main udah ditinggalin, atau kadang mainannya dirusak saking kreatifnya. Yaaah..namanya juga anak kecil ya. Belum lagi kegiatan beres beberes mainan ini rasanya tak kunjung selesai tiap pagi, sore, dan malam.
Sering banget ngerasa mainan udah diberesin tapi saat melihatnya kok kurang spark joy ya? Padalah toy storage-nya udah unyu-unyu..

Nah ternyata setelah mainan dibongkar, banyak sekali mainan yang sudah rusak dan ngga pernah dimainkan. Jadilah saya sortir sendiri mainan tadi waktu Frasya bobo siang (kalau bangun bisa-bisa malah berantakan lagi). Waah lumayan dapet sekardus mainan yang udah usang ini dan akhirnya dipensiunkan saja. Toy storage pun akhirnya terlihat tidak penuh sesak lagi. Kemudian mainan khusus Montessori yang tadinya di box sepatu transparan saya pindahkan ke kotak plastik yang lebih kokoh dengan penutup.  Tadaaa spot mainan di rumah pun jadi terlihat lebih spark joy bukan?

After Tidying
Kendala yang dihadapi saat akan memulai tidying toys adalah mencari kotak mainan yang pas. Membeli barang lagi berarti menumpuk barang kembali di rumah, saya tidak mau hal itu terjadi. Oleh karena itulah saya cari food storage di dapur yang tidak digunakan dan menemukan 2 kotak lastik dengan ukuran yang pas. Dulu saya beli kotak itu hanya seharga 11 ribu rupiah saja loh buibu. Bandingkan jika harus membeli SAMLA, kotak plastiknya Ikea, harganya bisa mencapai 50ribuan ukuran paling kecil, sebenernya udah naksir lama tapi nanti dulu lah kayanya belum perlu-perlu amat. Hihi.

September 25, 2018

Task 10: Love Letter



Dear Frasya yang sebentar lagi jadi kakak,

Baca surat ini ya nak kalau kamu udah bisa baca. :D
Terima kasih sudah banyak sekali menolong Mama di rumah: bantu ngaduk-ngaduk adonan bakwan atau pudding, masukkin mainan ke toy box tanpa diminta, menyapu lantai penuh kertas dengan polosnya. Kadang Mama sendiri tertegun dan terharu melihat anak Mama yang masih 2 tahun 2 bulan ini bisa melakukan hal-hal tadi. Tapi Mama juga mau bilang maaf kalau Mama belum jadi ibu yang sempurna buatmu. Mama belum bisa memberikan contoh yang baik di depanmu dalam segala hal, salah satunya kerapihan.

Seringkali Mama asal lempar bajumu ke lemari atau membiarkan mainanmu berserakan di lantai padahal sudah selesai bermain. Buku-buku ceritamu Mama biarkan tergeletak di kasur tanpa disimpan di raknya. Malahan Mama sendiri yang bad mood bahkan marah-marah kalau melihat semua itu berantakan. Dan kamu yang jadi sasarannya. Maaf... maaf... maaf ya anakku Frasya.

Seharusnya Mama lebih banyak memberi contoh baik. Tidak menyepelekan bahwa kamu masih kecil yang belum mengerti apa-apa apalagi soal kerapihan. Padahal Mama tahu kamu anak yang pintar dengan belajar melihat sekitar, otakmu merekam apa yang dilakukan orang di sekeliling. Seharusnya Mama lebih disiplin terhadap diri Mama sendiri, terlebih saat di depanmu. Membereskan setiap keping mainan ke kotaknya jika sudah selesai, merapikan arena bermain kita yang gaduh ricuh sebelum papa pulang kantor sebenarnya adalah hal yang mudah jika dilakukan dengan hati ikhlas. Ya, mungkin selama ini Mama kurang ikhlas melakukannya. Jangan dicontoh ya nak. Lakukan segala hal dengan hatimu, harus ikhlas, termasuk saat kamu harus membereskan mainanmu yang nanti akan diacak-acak selalu oleh adik kecilmu. Mama akan terus belajar untuk memberimu contoh dalam kerapihan, dengan begitu kamu tahu bahwa disiplin dan kerapihan adalah bagian dari dirimu yang akan dibawa sampai kamu besar nanti.

Semoga anak Mama Frasya bisa menjadi panutan yang baik bagi adik-adiknya kelak.

Salam sayang,

Mama

September 17, 2018

Task 9: Tidying Kitchen

Ngga kerasa udah sampai tahapan tidying kitchen di kelas Shokyuu Batch 2. Dapur yang rapi dan ngga banyak barang alias minimalis adalah hal yang saya impikan sejak memiliki rumah. Item di dapur ternyata adalah yang paling banyak, dari mulai peralatan masak dan makan, food container yang jumlahnya tak terkira hasil lapar mata di mall atau online shop, hingga bahan makanan kadaluarsa akibat hobi melihat diskon di supermarket dan akhirnya lupa belum terpakai.

Kendala saat merapikan dapur adalah bingung mesti mulai dari mana saking banyaknya barang. Akhirnya saya mulai dari wadah plastik yang sudah tidak spark joy, banyak sekali yang masuk kardus untuk disumbangkan. Panci kado nikah dan gelas-gelas sovenir pernikahan temen juga lebih baik dipensiunkan karena memang tidak terpakai sama sekali. Akhirnya setelah 2 jam beberes kelar juga urusan dapur ini.

Harapan ke depannya setelah tidying kitchen yaitu:
1. bisa lebih konsisten menaruh barang di dapur pada 'rumah'-nya
2. tidak menunda cuci piring dan segera bersihkan dapur setelah selesai masak agar ketika akan masak lagi ngga bikin malas.
3. pasang ambalan dan rel fintorp Ikea agar dinding dapurnya ngga polos-polos amat. hihi...

Before tidying

Before tidying: tempat bumbu dari kaleng kue yang udah karatan :p

Before tidying: isi lemari dapur

Before tidying: masih belum konsisten rapihin kulkas padahal udah kenal foodprep dan konmari sejak setahun lalu
After tidying
After tidying: menambahkan wallpaper untuk mengganti suasana dan meningkatkan mood masak

Toples bumbu dan botol minyak kini

Isi kulkas after tidying

September 10, 2018

Task 8: Tidying Komono

Komono adalah printilan atau barang-barang kecil di rumah selain clothes, books, papers, dan sentimental items (mainan anak dan kitchen akan dibahas terpisah). Kategori ini memiliki banyak subkategori seperti aksesoris, make-up, skincare, toiletries, cleaning products, obat-obatan, alat tulis, dan lain sebagainya.

Saya sendiri sudah membuat list komono yang akan dikerjakan yaitu make-up dan skincare, obat-obatan dan detergen. Kendala yang dihadapi adalah mood bebenah yang sedang menurun akhir-akhir ini, mungkin bawaan hamil muda yaaa hehe... Alhasil bebenah ini dikerjakan dadakan senin pagi. Alhamdulillah selesai juga setelah dikerjakan pelan-pelan sambil ngasuh bocah yang dikit-dikit berantakin kerjaan mamaknya. Huhuuu..

1. Make-up dan Skincare

Before tidying
After tidying: makeup dan skincare ada di satu kotak dan dipisahkan oleh kotak kecil di dalamnya agar tidak tercampur dan mudah dicari.

2. Obat-obatan

Before tidying
After tidying: ternyata banyak obat yang telah kadaluarsa dan akhirnya dibuang. Kotak obat pun terlihat lebih lapang dan lebih rapi
3. Cleaning Products

Before tidying: detergen dan teman-temannya masih tergeletak di bawah sink tanpa kotak

After tidying: cleaning products diletakkan di dalam box agar terlihat rapi



August 31, 2018

Task 7: Tidying Papers

Koleksi papers saya mulai dari ijazah SD-S2, handout kuliah sarjana dan master, hingga bahan ajar sebagai dosen di dua perguruan tinggi semua ada di rumah orang tua di Cimahi. Kok ya pas banget timingnya dua minggu ini saya mudik? Memang takdir mesti beberes dokumen yang bejibun itu.

Saya kira ini akan mudah tapi nyatanya tidak. Sulit sekali merelakan kertas-kertas yang pernah mengisi hari-hari saya sebagai mahasiswa S1 dan pascasarjana. Lembar pendaftaran S2, Kartu Rencana Studi, Kartu Hasil Studi dengan deretan nilai A. Semuanya kenangan akademik yang ingin saya simpan. Sulit sekali melepasnya karena mengingatkan saya pada momen-momen indah selama 6 tahun menempuh pendidikan S1 dan S2 di Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Betapa kerasnya saya belajar untuk meraih nilai-nilai itu dan akhirnya tercapai. Kemudian, proposal tesis dengan catatan revisi yang ditulistangan dosen pembimbing hingga klip revisi tesis mulai Bab 1 sampai 5. Ah semuanya bikin saya rindu belajar lagi.

Tapi untuk apa disimpan? Kan seluruh nilai sudah terakumulasi di Transkrip Nilai Ijazah. Salinan tesis yang paripurna pun sudah ada dalam bentuk hardcover maupun softfile. Lalu dokumen lain berisi Surat Tugas Mengajar sebagai dosen dan tugas-tugas mahasiswa tercinta saya. Menyentuhnya helai demi helai membuat saya makin rindu mengajar lagi. Memang dari dulu mengajar adalah passion dan panggilan hati. Saya hampir menangis menyortir ini semua. Kenapa? Karena teringat saat ini saya belum bisa melanjutkan passion saya sebagai pengajar. Saya tidak bisa meninggalkan anak balita saya sendirian di rumah dengan babysitter tanpa pengasuhan saya.

Daripada malah menjadi drama, solusinya:
- jadikan proses sortir papers ini sebagai ajang bersyukur karena Allah telah memberikan waktu kepada saya untuk menjadi Magister Pendidikan sebelum saya menikah dan punya anak. Jadilah saya Ibu Rumah Tangga lulusan S2. Alhamdulillah.
- teguhkan hati bahwa tidak ada papers yang akan masuk kategori sentimental items karena malah akan lebih sulit melepaskannya.
- ambil foto paper yang memang layak dikenang namun sudah saatnya dipensiunkan.
- ubah rasa melankolis ini menjadi semangat baru untuk kuliah doktor dan dapat menyalakan passion mengajar yang telah lama padam. Sambil berdoa mudah-mudahan Allah memberi kesempatan pada saya lagi di waktu yang tepat.

Before tidying
Discard!!
After Tidying: Papers dikategorikan menjadi (a) ijazah dan sertifikat, (b) handout kuliah S2, (c) materi ajar, (d) SAP perkuliahan, (e) Surat Tugas
Berhubung lebar lemari pendek, penyimpanan map pun saya sesuaikan namun tetap vertikal sesuai kaidah KonMari

NB:
* Di rumah tinggal saya saat ini hanya ada sedikit papers milik suami yang telah tersusun di satu clear holder dan struk-struk pembayaran listrik, air, gas, telkom. Jadi memang tidak perlu bebenah kertas.
* Maap jadi curhat kepanjangan wkwkwk...

August 27, 2018

Task 6: Tidying Books

Tidying kategori berikutnya dalam KonMari adalah buku. Di rumah saya buku yang ada hanya buku cerita anak dan beberapa novel dan telah tersusun rapi di raknya. Nah, kebetulan sekali minggu lalu saya pulang ke rumah orang tua untuk liburan Idul Adha, saya pun mencoba ber-KonMari dengan buku adik bungsu saya yang saat ini masih menempuh kuliah Kedokteran Gigi.

Mengapa memilih buku milik adik saya? Pertama, karena saya tahu buku-buku kuliahnya sangat amat berantakan dan tak teratur. Kedua, sebagai seorang Kakak, rasanya masih punya tanggung jawab membantu adik saya, dalam hal membenahi bukunya. Semoga setelah tersusun rapi adik lelaki saya bisa mendapat suntikan semangat baru untuk menyelesaikan tugas-tugas kuliahnya.

Iniah before-after rak buku tersebut.

Before tidying

After tidying

August 15, 2018

Task 5: Tidying Clothes (Part 2)

Setelah minggu lalu serius berkutat dengan sorting pakaian dan proses melipat ala KonMari, saya mulai merasakan perbedaan dan sederet manfaat, terutama untuk diri sendiri.

Pertama, rutinitas berpakaian menjadi lebih singkat. Saya tidak perlu lagi ngubek-ngubek isi lemari mencari selembar baju. Semuanya sudah terlihat dalam sekali sapuan mata. Biasanya kalau mau pergi, saya bengong di depan lemari berpikir mau pake baju apa. Seringkali saya bertanya-tanya apakah saya jadi kelihatan lebih skinny kalo pake baju ini dan itu. Tapi sekaramg baju-baju yang membuat saya tidak nyaman dan tidak percaya diri sudah saya pensiunkan. Sekarang isi lemari hanya baju yang membangkitkan semangat, membangkitkan kebahagiaan.

Kedua, perasaan bahagia dan relaks setiap membuka lemari. Belum pernah saya sebahagia ini saat membuka lemari. Tiap saya buka drawer atau lemari pasti senyum ngga pernah lepas ketika melihat deretan gradasi warna cantik dan susunan pakaian yang rapi. Walau lagi ngga beres-beres, kadang saya iseng buka lemari untuk melihat secuil kebahagiaan di dalamnya. No more stressful!
 
Ketiga, menjadi mood booster saat melipat baju. Sekarang saya jadi jauh lebih semangat saat melipat pakain dari jemuran untuk dimasukkan ke lemari. Biasanya pakaian setelah diangkat dari jemuran akan teronggok begitu saja di atas meja setrika selama dua hari karena setelah dilipat tidak ada lagi spacenya.

Keempat, ternyata setelah melewati proses berbenah kemarin saya jadi lebih mengenal diri sendiri. Saya jadi tahu pakaian mana yang cocok, nyaman untuk saya dan mana yang dapat mengoptimalkan rasa percaya diri. Saya bisa mengantisipasi pakaian seperti apa yang akan saya beli di kemudian hari. Tidak perlu tergiur mengikuti trend, tapi ukurlah kenyamanannya dan percaya diri saat memakainya.

Baru satu saja kategori yang saya kerjakan dalam ber-KonMari, tapi saya sudah bisa merasakan bahwa KonMari mulai merubah hidup saya ke arah yang lebih positif: Tidy clothes, tidy mind!